Pelaksanaan Ujian Nasional atau yang biasa disingkat UN atau UNAS, dilaksanakan tiap tahunnya sebagai standar kelulusan siswa di Indonesia bagi siswa pada jenjang SD, SMP, serta SMA sederajat. Terkadang pelaksanaan UNAS menjadi momok yang ditakuti siswa, terutama siswa SMA sederajat, karena jika tidak bisa lulus UNAS maka hasil belajar selama 3 tahun sebelumnya menjadi sia-sia dan siswa dinyatakan tidak lulus. Hal ini memang sempat menjadi kontroversi. Banyak pihak yang kontra dan tidak setuju dengan pelaksanaan UNAS karena merasa tidak adil jika hasil belajar siswa selama 3 tahun hanya ditentukan dalam waktu 4 hari pelaksanaan UNAS saja.
Sebenarnya ada beberapa tips menghadapi UNAS yang bisa diterapkan. oleh siswa. Namun karena sangat menentukan kelulusan, maka tak heran jika siswa kemudian melakukan segala cara, termasuk berbuat curang demi bisa lulus UNAS. Bukan hal yang asing lagi jika menjelang pelaksanaan UNAS banyak kunci jawaban yang bertebaran di mana-mana. Oknum-oknum yang membocorkan kunci jawaban tersebut mengambil keuntungan dari pelaksanaan UNAS ini. Karena dirasa banyak kecurangan terjadi, maka Menteri Pendidikan melakukan inovasi dengan menambah 2 paket soal yang berbeda. Setelah dirasa belum efektif, maka paket soal pun ditambah lagi menjadi 5 paket dan kembali bertambah pada tahun 2013 ini.
Tak tanggung-tanggung, pada tahun 2013 ini siswa dihadapkan pada 20 kode paket soal yang berbeda-beda. Itu artinya, dalam satu ruangan yang normalnya diisi oleh 20 siswa akan mengerjakan 20 soal yang berbeda-beda pula. Hal ini membuat siswa hampir tidak mungkin bisa menyontoh jawaban temannya dan saling bekerja sama dikarenakan soal yang berbeda antar satu dengan yang lainnya. Selain itu kode paket soal kali ini juga menerapkan sistem barcode yang hanya bisa dideteksi dengan alat khusus. Alhasil siswa tidak mengetahui kode paket soal yang dikerjakannya yang otomatis membuat siswa tidak bisa mencari kunci jawaban dari pihak luar. Siswa pun menjadi panik dan takut akan tidak lulus. Mereka juga memprotes dengan mengatakan bahwa mereka hanya dijadikan sebagai kelinci percobaan atas regulasi baru ini.
Awalnya, dengan semua regulasi baru tersebut, pemerintah serta Dinas Pendidikan optimis jika penyelenggaraan UNAS kali ini akan berjalan lancar dan jujur. Namun fakta berkata sebaliknya. Pelaksanaan UNAS tahun ini bisa disebut sebagai pelaksanaan UNAS yang paling kacau jika dibandingkan beberapa tahun terakhir. Faktor terbesarnya adalah tidak serentaknya pelaksanaan UNAS tahun 2013 ini. Penyebabnya adalah kesalahan cetak soal oleh pihak percetakan. Akibatnya sekolah-sekolah yang ada di 11 provinsi, termasuk di Bali dan beberapa provinsi di Kalimantan, harus mengalami penundaan waktu UNAS. Hal ini tentu mengganggu konsentrasi siswa yang seakan dipermainkan oleh pemerintah.
Selain itu proses pendistribusian soal juga banyak yang terkendala. Banyak soal yang datang terlambat atau sudah rusak segelnya. Bahkan ada beberapa soal mata pelajaran yang tertukar sehingga siswa sempat kebingungan. Yang lebih parah, terdapat wilayah yang kekurangan soal sehingga siswa diharuskan untuk memfotocopy soal yang ada.
Semua kekacauan dalam pelaksanaan UNAS 2013 itu hendaknya dijadikan bahan evaluasi oleh Menteri Pendidikan agar pelaksanaan UNAS ke depannya bisa berjalan lebih efektif dan efisien. Hal ini tentu harus dilakukan dengan serius oleh semua pihak yang terlibat, karena pendidikan bukanlah untuk dibuat main-main, sebab bukan tidak mungkin siswa-siswa kini nantinya bisa menjadi generasi penerus bangsa.
Selain itu proses pendistribusian soal juga banyak yang terkendala. Banyak soal yang datang terlambat atau sudah rusak segelnya. Bahkan ada beberapa soal mata pelajaran yang tertukar sehingga siswa sempat kebingungan. Yang lebih parah, terdapat wilayah yang kekurangan soal sehingga siswa diharuskan untuk memfotocopy soal yang ada.
Semua kekacauan dalam pelaksanaan UNAS 2013 itu hendaknya dijadikan bahan evaluasi oleh Menteri Pendidikan agar pelaksanaan UNAS ke depannya bisa berjalan lebih efektif dan efisien. Hal ini tentu harus dilakukan dengan serius oleh semua pihak yang terlibat, karena pendidikan bukanlah untuk dibuat main-main, sebab bukan tidak mungkin siswa-siswa kini nantinya bisa menjadi generasi penerus bangsa.
(zakipedia)
EmoticonEmoticon